Rabu, 22 Agustus 2018

Rindu hujan lalu

Adalah aku yang masih merindukanmu, tetap merindukanmu, dan selalu merindukanmu. Disetiap deru nafasku menjadikan alunan nada-nada yang membentuk anggota tubuhmu. Bermaksud mengusir rindu dengan segala macam hulu.
*
Biarkan kemarau selalu memayungimu. Merindukan hujan yang tak kunjung temu. Tanah ini sudah rindu akan tetes-tetesannya. Aku rindu khas bau tanah ketika bertemu air. Aku benci debu, ia hanya menjadikan aku dimatamu tabu. Menjadikan aku dinafasmu bersedu-sedu.

Hujan hanyalah sebuah harapan yang disampaikan langit kepada awan mendung dengan kedatangannya yang tak pasti. Tapi aku suka itu, aku belajar untuk bertahan meski bertahun, tambah sabar dan perlahan tumbuh subur.
*
Jikalau aku seorang kartunis maka akan kubuat pecahan matamu didalam sebidang kertas yang berwarna jingga merona. Mewarnai aku, menjadikan penuh disaat aku kosong. Bersabda kepada langit sore dengan lukisan matamu ini.

Jangan mudah percaya dengan kejujuran. Menyelamlah ke dialognya dan temukan hujan yang selalu basah ditenggorokannya. Cintailah hujan; selalu tabah dan tidak mudah dikira.

Dia meninggalkanmu agar bisa merindukanmu. Sampai akhirnya temu; membuktikan mana yang lebih tabah, hujan atau matamu.
*
Aku selalu merindukanmu, tetap merindukanmu, dan masih merindukanmu meski hujan tak kunjung temu, meski langit tak lagi sendu, meski aku tak ada lagi dimatamu.

18 Juli 2018

Tidak ada komentar:

Posting Komentar