Senin, 24 April 2017

Penyakit instan



Siapa yang tak mau kuliah? Setiap orang yang sudah lulus sekolah menengah atas pasti ingin melanjutkan pendidikannya. Hanya ada beberapa faktor yang menjadi hambatan. Biaya kuliah di Indonesia memang tidak murah. Ditambah dengan pendapatan ekonomi masyarakat yang tidak besar.

Kebetulan saya kuliah di Universitas Pamulang (UNPAM). Tujuan melanjutkan sekolah tinggi untuk bertambahnya ilmu. Disamping itu juga bertambahnya teman dan pengalaman. Tetapi banyak pemikiran para mahasiswa hanya ingin mendapatkan sebuah gelar. Entah untuk pekerjaan, status sosial, atau ajang pamer. Bahkan hanya untuk penulisan nama disebuah undangan pernikahan. Pemikiran yang seperti ini harus dihancurkan. Gelar memang penting. Tentu saja dengan gelar yang didapat harus sesuai dengan kwalitas ilmu yang dimiliki. Contoh saja gelar Ustaz, yang menguasai ilmu Agama.

Kebanyakan para mahasiswa hadir ke kelas untuk mencari absen. Bukti kuat pada saat pelajaran berlangsung mereka asik berbincang, selfie, dan bermain game di smartphone. Lantas apa ilmu yang didapat? Sungguh sebuah kegiatan yang sia-sia. Seharusnya kita sadar dan syukur bisa kuliah. Banyak orang yang mempuni otak dan tenaganya tapi tidak punya biaya untuk kuliah. Lebih baik kesempatan kuliah kalian diberikan kepada mereka.

Hasil tidak akan mengkhinati perjuangan dan pengorbanan. Jika ingin berkehidupan yang layak, maka dimasa sekarang ini harus sungguh belajar. Tentu diimbangi dengan segala macam aktivitas yang lain. Sebab hidup bukan sekarang. Hidup adalah bagaiamana kita berbuat dari sekarang.

Hobiku tidak punya hobi



   Setiap orang pasti melakukan rutinitas. Tetapi apakah setiap orang punya hobi? Saya adalah salah satu orang yang tidak punya hobi. Karena hobi tidak banyak. Seseorang yang punya hobi pasti hanya satu atau dua hobi. Paling banyak pun lima hobi. Itu pun ada salah satu hobi yang tidak sering dilakukan.

   Segala sesuatu yang saya jalani adalah sebuah hobi. Baik aktivitas maupun rutinitas. Ini adalah cara agar tidak mudah bosan. Setiap orang pasti punya rasa bosan. Saya pun punya rasa bosan. Tapi kerap kali rasa bosan itu datang, saya selalu menekankan pikiran saya bahwa “ini hobi gua, gua gak boleh bosan”.

   Kenapa harus ada hobi. Apakah hobi selalu diutamakan dari pada aktivitas yang lain? Nyatanya tidak. Hobi tetaplah hobi. Apakah sebuah rutinitas menjadikan seseorang itu hobi? Nyatanya tidak. Apakah sebuah pekerjaan adalah hobi? Nyatanya tidak. Banyak orang yang membenci pekerjaannya. Hanya saja butuh uang untuk hidup dan sulit untuk mencari pekerjaan lain. Jika sekolah adalah rutinitas siswa yang dijadikan hobi, kenapa masih banyak siswa sekolah yang bolos?

   Entah hobi itu ada atau tidak. Yang terpenting adalah bagaimana kita memaksimalkan segala hal yang kita jalani, sesuai kadar kemampuan kita. Lakukan segala hal yang menghasilkan keuntungan. Bukan hanya materi, tetapi segala aspek hidup. Selalu tegur dan ingatkan pada teman dan saudara yang ada dijalan kerugian. Agar terciptanya keamanan, kenyamanan, dan kerukunan.


Fenomena Ibu-ibu mengendarai sepeda motor



Sepeda motor kini mudah didapatkan. Dengan uang muka dan kredit yang murah. Tak heran pada satu rumah warga terdapat lebih dari satu sepeda motor. Hal ini juga menyebabkan para Ibu-ibu dan anak-anak bisa mengendarai sepeda motor. Hanya bisa, tidak pandai.

Saya pengendara sepeda motor. Dalam mengendarai sepeda motor bukan hanya dibutuhkan kelihaian, tapi juga kewaspadaan. Tingkat kewaspadaan seorang pengendara motor akan drastis naik jika ada Ibu-ibu didepannya. Fokus pengendara motor dibuat hilang oleh Ibu-ibu. Contoh saja Ibu-ibu yang ingin belok kiri tetapi menyalakan sen kanan. Ibu-ibu yang menyalakan sen kiri tetapi ada dikanan jalan. Ibu-ibu yang menyalakan sen kanan tetapi ada dikiri jalan. Dan masih banyak lagi kelakuan Ibu-ibu dijalanan.

Sebetulnya apa maksud dari kelakuan Ibu-ibu tersebut. Apa mungkin itu adalah sebagai tingkat kewaspadaan. Dengan berada disebelah kiri jalan menjadikan aman belok kanan. Ternyata tidak. Hal itu terjadi akibat kurangnya pelatihan dan pengalaman yang minim.

Rabu, 19 April 2017

Hidup (di) Jakarta

Kita tahu lambangnya monas
Tak pernah lepas oleh padi kapas
Banyak perkataan siangnya Jakarta panas
Dan malamnya Jakarta ganas

Banyak manusia mengadu nasib disini
Laki perempuan muda mudi
Siang malam untuk kebutuhan pribadi
Pun untuk anak istri

Kata orang tinggal di Jakarta enak
Padahal untuk tidur masih ngontrak
Belum lagi untuk keperluan mendadak
Bagaimana  tidur bisa nyenyak

Berjalan kaki memang menghemat biaya
Tapi menguras banyak tenaga
Bersepeda motor cepat ketempat kerja
Tapi tak sepadan dengan gaji yang diterima

Berpenghasilan kecil karena  lulusan SMA
Sekali pun besar karena pengalaman dibidangnya
Selalu ditekankan agar jadi Sarjana
Padahal  hanya ingin gelarnya saja

Kata orang lebih enak usaha
Mau bagaimana terserah kita
Usaha juga perlu biaya
Perlu perhitungan rugi laba

Bertekat ingin enak hal apa saja
Sana sini terucap hanya wacana
Baiknya tentukan niat saja
Dan jangan dengarkan orang berkata
Paham ora?



Jumat, 6 November 2015