Jumat, 05 Mei 2017

Hobi hanyalah ke-aneh-an



Hobi hanyalah sebuah alasan untuk melakukan suatu hal yang aneh. Coba tanyakan kepada teman, saudara, atau siapa saja yang kalian jumpai. Apa hobi mereka? Adakah kalian temui hobi yang aneh. Apa mungkin ada yang tidak mempunyai hobi.

Ada manusia yang hobinya mengoleksi prangko, melamun, mengupil, dan masih banyak lagi yang lainnya. Apakah itu bukan sesuatu yang aneh. Tentu aneh bagi kita yang mendengar dan melihat. Tetapi tidak aneh bagi mereka yang melakukannya karena mereka melalukannya atas dasar rasa yang merdeka.

Seseorang yang memiliki hobi tentu punya kaitan dan batasan. Dimana hobi yang mereka lakukan berkaitan dan terbatas atas kebebasan orang lain. Sebagai makhluk sosial tak lepas dari kaitan manusia dilingkungan. Diperlukannya toleransi dan tenggang hati terhadap kelakuan manusia atas dasar hobi.

Semakin besar rasa kecintaan manusia terhadap hobinya, semakin nampak kebodohan dari hobi yang dilakukan. Sebuah kecintaan terhadap suatu hobi dibutuhkan rasa pengorbanan serta penderitaan. Jika hal tersebut tak dimiliki bersiaplah sakit hati atas hobi yang kalian miliki. Sakit hati karena tak tercapainya angan dan cita-cita yang diharapkan dari sebuah hobi.

Manusia punya rasa. Hobi memerlukan rasa. Jika rasa kemanusiaan belum sempurna, mustahil sampai pada puncak hobi yang dimiliki.

Manusia memanusiakan manusia



Ada kisah jualan manusia
Yang dilakukan dibanyak negara
Buruh migran lah disebutnya
Siang malam mereka bekerja
Banting tulang dinegri sebrang sana
Tempat mereka menggantung nyawa
Tuk menghidupi keluarganya
(Marjinal – Buruh Migran)


Buruh adalah manusia yang bekerja. Mengandalkan dari tenaga dan keahliannya. Sehingga mendapatkan gaji dari pemilik pabrik atau pemberi pekerjaan sesuai dengan kesepakatan dan perundang-undangan.

Tak ada istilah majikan dan tuan karena buruh bukan budak. Buruh migran yang dipukul, disiksa, dan diperkosa sehingga mati konyol membutuhkan rasa kemanusiaan. Rasa kemanusiaan dalam bekerja dan perlakuan (dari seorang pemberi pekerjaan).

Negara Indonesia telah merdeka sejak tahun 1945, tetapi tidak dengan warganya. Dimana para buruh/warga yang bekerja tidak merasakan kemerdekaan. Buruh tidak mendapatkan sifat kemanusiaan dan keadilan, sehingga mustahil terciptanya persatuan. Bukti kuat masih banyak tuntutan dari buruh yang belum terealisasikan. Hal ini yang menyebabkan banyak aksi demo para buruh berujung kericuhan.

Buruh migran tak seditkit yang teraniaya, bahkan pulang hanya tinggal nama. Mereka hanya pasrah korbankan jiwa karena tak ada sanak saudara dan kepastian nasibnya. Bekerja siang malam dan tinggal di negri yang antah berantah banting tulang ‘tuk keluarganya. Buruh bukan hanya menuntut soal pendapatan dan tunjangan hidup, tetapi kemaslahatan hidup. Dimana dibutuhkannya sifat kemanusiaan dari manusia kepada sesama manusia (buruh).